Selasa, 03 Agustus 2010
KAMPUNG ADAT JAWA BARAT
Kampung Dukuh
Lokasi : Desa cijambe kec.cikelet Kab Garut . Jarak dari kota bandung sekitar 140 km , dan jarak dari kabupaten Garut 101 km.
Batas Wilayah : Utara ; kampung palased desa karangsari ,Selatan ; kampung cibatagung desa cijambe , ,Timur ;kampung nangela desa karangsari , Barat ; kampung ciawi desa cijambe .
Sekilas : Awal mula kampung dukuh erat kaitannya dengan syekh Abdul Kalil yang makamnya masih ramai di Ziarahi hingga kini.bukan hanya orang kampung tersebut tetapi juga dari kampung luar yang berasal dari Madura dan Kaltim.Hal ini terjadi karena kampung dukuh dipercaya sebagai tempat memperoleh berkah .
Berdasarkan legenda setempat , syekh Abdul Jalil berasal dari luar kampung dukuh , di duga berselisih dengan atasannya di sumedang yang berkaitan dengan mazhab agama.Dia bersama pengikutnya pindah dan menetap di dukuh .
Dalam kawasan kampung dukuh terdapat 42 bangunan rumah dan masjid,Di dalam kampung dukuh dalam terdapat 40 KK serta 172 penduduk , dan 70 KK untuk kampung dukuh luar.Maka yang masih mematuhi kasuaran karuhun (tabu/nasihat leluhur) ini bermatapencaharian bertani,beternak memelihara ikan dan usaha penggilingan padi.beberapa upacara yang masih dilakukan adalah moros,ngahaturan tuang,nyanggakeun,dll.
Kampung Panjalu
Lokasi : kec.Panjalu
Kab.Ciamis
Sekilas : Berdasarkan sejarah di daerah ini dulu pernah berdiri kerajaan besar bernama panjalu.kampung ini sangat terkenal dengan upacara adat nyangku yang digelar untuk mengingat jasa dan perjuangan para leluhur.yakni Prabu sanghiang Boros Ngora.Dia adalah salah seorang raja panjalu yang cukup terkenal.Sebelum menjadi raja dia sempat ke mekkah berguru mengenai ilmu-ilmu keislaman.
Konon disana dia berguru langsung dengan syaidina Ali sahabat Rosullah saw. Seusai berguru Prabu Boros Ngora diberi cendera mataberupa pedang dan air zam-zam. Hingga sekarang ucapan adat Nyangku ini masih dilakukan oleh masyarakat Panjalu. Yakni ritus membersihkan benda pusaka yang disimpan di Pasucian Bumi Alit.
Bumi Alit dulu hanya berupa bangunan kecil yang dibangun dari bamboo, kayu, ijuk. Pada 1955 diadakan pemugaran yang menjadikan bumi Alit berbeda dan kelihatan modern….
Kampung Bumi Segandu Sayak Losarang
Lokasi: Kampung segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang , Kab Indramayu.
Sekilas: Nama komunitas masyarakat ini mengandung beberapa arti atau memiliki kandungan filosofis, yaitu bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas masing-masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing : manusia memilih mana yang benar dan mana yang salah : manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempuan): setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang : kekuatan hidup:ibu ( perempuan) merupakan sumber hidup karnanya wajib menghormati kaum perempuan.
Komunitas ini meneladani kelima tokoh pandawa yang terdiri atas Yudistira, Bima, Arjuna, nakula dan Sadewa. Serta sang Semar yang dipandang seorang sangmaha guru yang sangat bijaksana. Ajaran dari kelompok Dayak Indramayu dinamakan dengan sebutan Sejarah Alam Ngaji Rasa.
Kampung Kuta
Lokasi: Desa karangpaninggal , Kec Tambah Sari, kab Ciamis
Batas Wilayah: Utara: Desa Cibodas, Selatan Sungai Cijulang, Timur Sungai Cijulang , Barat Dusun Margamulya, Jarak kampung Kuta dari Ciamis sekitar 34 kilometer kearah utara.
Sekilas: Kampung ini berada dilembah curam sedalam 75 M dikelilingi tebing dan perbukitan. Berdasar dongeng Buhun asal usul kampung kuta adalah Kuta Pandak yang bantal menjadi ibu kota kerajaan Galuh, nama lain kampung ini adalah Kuta Jero.
Masyarakat kampung Kuta sangat patuh menjaga hutan keramat, jika ada warga yang meninggal dunia akan dimakamkan di Cibodas. Seluruh masyarakat kampung kuta beragama Islam. Masyarakat kuta sangat kuat kepercayaanya terhadap mahluk gaib dan tabet (tempat-tempat keramat). Beberapa tempat dikeramatkan yaitu Leuweung Geude, Gunung Wayang, Gunung Pandai Domas/Gunung Tahanan, Gunung Barang, Gunung Batu Goong, dan Ciasihan.Warga kampung juga mendasarkan beberapa kegiatan atau keperluan pada hari baik dan hari buruk dan memiliki beberapa aturan adat atau tabu untuk ditaati.
Kampung Naga
Lokasi: Kampung legok Dage, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya
Sekilas; Banyak versi beredar mengenai sejarah kampung Naga Karen tidak ada catatan resmi saat pemberontakan DI/TII pimpinan Kartosuwiryo, Dokumen2 kampung naga ikut musnah. Nama kampung naga diduga berasal dari kata Nagawi, kemudian lebih sering disebut dengan kampung Naga.
Pada massa kewalian Syarif Hidayatullah atau sunan gunung jati seorang muridnya yang bernama Singaparana ditugaskan untuk menyebarkan agama islam kesebelah Barat hingga Neglasari(kampung Naga), Awalnya penduduk dikampung ini beragama Hindu karena berasal dari Pajajaran. Setelah Singaparana datang akhinya mereka memeluk islam akhinya sembah dalem ini menjadi leluhur dan sosok yang dihormati oleh masyarakat kampung Naga.
Masyarakat kampung Naga sangat menghormati aturan dan adat yang berasal dari nenek moyang dan sangat mempercayai hal mistis.
Kampung Pulo
Lokasi : Desa Cangkuang, Kamp Cijera, Kec Leles, kab garut
Sekilas: Pada awalnya masyarakat kampung Pulo beragama hindu kemudian embah dalam Muhammad singgah kedaerah ini. Saat dia terpaksa mundur karena mengalmi kekalahan pada penyerangan terhadap Belanda. Kekalahan ini membuat dia tidak mau kembali Mataram karena malu dan Takut terhadap Sultan Agung.Dia beserta kawan-kawanya kemudia menetap didaerah cankuang yaitu kampung Pulo dan mulai menyebarkan agama islam pada daerah tersebut hingga wafat. Sepeninggal Embah Dalem Arif Muhhamad dikampung terdebut dibangun enam rumah adat yang berjejer saling berhadapan ditambah satu mesjid jumlah rumah tersebut tidak boleh ditambah atau dikurangi dan penduduk yang tinggalpun tidak boleh lebih dari 6 kepala keluarga.
Masyarat dikampung ini memegang aturan-aturan antara lain bentuk rumah atap selamanya harus memanjang (jolopong): juga tidak boleh memelihara ternak besarber kaki empat, seperti kambing, sapi, kerbau, dan lainnya. Dilarang memukul goong besar yang berhak menguasai rumah adat adalah wanita. Bagi anak laki-laki yang sudah menikah harus meninggalkan kampung. Masyarakat kampung pulo seluruhnya beragama islam tetapi mereka juga melaksanakan sebagian ritus Hindu.
Selected Reading Pikiran Rakyat Senin 2 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar